Jumat, 01 November 2013

“CERMIN MASA DEPAN”



Lakon/Pemain

Bu Rina                      : Guru Antropologi
Rendi                          : Siswa yang suka merayu
Joni                             : Siswa yang suka membantah Guru
Johan                         : Siswa yang suka membantah Guru
Ardi                       : Siswa yang pendiam, pintar, selalu menjadi bulan-bulanan temannya
Dewi                           : Siswi yang sombong, kemayu, dan sangat manja pada Guru
Desy                           : Siswi yang selalu jadi pengikut Dewi
Erni                             : Siswi yang pandai di kelas dan selalu menurut pada Guru
Orang tua                   : Pengemis jalanan
Narator                       



Diceritakan dalam sebuah kisah, tentang beberapa anak SMA yang suka seenaknya saja ketika di sekolah. Selalu bikin ribut, mengganggu teman, dan tidak menghormati guru. Namun, suatu ketika mereka berubah karena mendapat pelajaran berharga dari seseorang.
ADEGAN I
Bel istirahat telah berbunyi. Beberapa siswa keluar kelas. Ada yang langsung ke warung, ada juga siswa yang bersantai ria di teras sambil menggoda siswi yang sedang lewat.
Rendi               : (duduk di pojok teras sambil menyanyikan lagu Dewa 19 “Dewi”)
Dewi....Kaulah hidupku, aku cinta padamu sampai mati. Oh..Dewi...belahlah   dadaku, agar kau tahu agar kau mengerti...Hohooo...
(muncul Dewi dari balik pintu kelas)
Dewi                : (marah-marah pada Rendi) Heh, Kau...! Bisa ga sih diam sehari aja ga usah nyanyi lagu itu! Berisik tahu!
Rendi               : Eh, Dewi......hehehe...(tersenyum polos) Kenapa sih, Cin....? Suaraku terlalu merdu, ya? (cengengesan sambil berusaha menggoda Dewi)
Dewi                : Ha? Merdu? Merdu dari Hongkong? (sambil berjalan hendak pergi, tapi tiba-tiba ditahan oleh Rendi)
Rendi               : Eh...eh...Dewi mau kemana? Kita main tebak-tebakan, yuk?
Dewi                : Apaan? (menjawab dengan nada agak kesal)
Rendi               : Dewi tahu ga kalau rajin itu pangkal apa?
Dewi                : Pangkal pandai donk....
Rendi               : Kalau hemat pangkal apa?
Dewi                : Ya pangkal kaya lah.....
Rendi               : Malas pangkal?
Dewi                : Bodoh......Arrghh...( jengkel)
Rendi               : Trus kalau kamu pangkal apa?
Dewi                : Hah???? Aku? Pangkal apaan?? (agak bingung)
Rendi               : Kamu itu......Pangkalan hatiku.....(sambil mengedipkan mata pada Dewi)
Dewi            : eiuuuh......dasar tukang gombal.....huh..(sambil melenggang pergi meninggalkan Rendi)
Rendi               : Yaaahhh.....kok malah pergi?

(tiba-tiba muncul Desy sedang mencari-cari Dewi)
Desy                : Rendi tahu ga Dewi kemana?
Rendi               : Hai, Des....kamu suka main internet ya?
Desy                : Kok tahu?
Rendi               : Karena kamu telah mendownload hatiku....(sambil cengengesan)
Desy                : Co cweet........(sambil tersenyum malu)
                        Heh!! (marah tiba-tiba) Kenapa malah jadi ngrayu-ngrayu aku sih? Dewi mana?
Rendi               : Tuh...dia tadi ke sana... (menunjuk ke arah di mana Dewi tadi pergi)
                        galak banget sih...

ADEGAN II
(setting berubah menjadi ruang kelas dengan beberapa bangku tempat siswa belajar)
Lima belas menit berlalu, bel satu kali menandakan jam istirahat telah berakhir. Sebuah kelas rusuh dengan suara-suara siswa yang masih saja bersorak karena ulah Rendi yang selalu saja merayu Dewi. Tiba-tiba datang Bu Rina, guru Antropologi.
Rendi               : Oh, Dewi....pandanganmu bagaikan peluru yang siap menembak hatiku..
Dewi                : ihh...gombal..
Desy                : hacie...cie..cie...ihiirr....
Dewi                : Desy.....diam kamu..!
Desy                : Oke..Oke..
Joni                 : Ayo, Ren...lanjut....
Rendi               : Ga ah....aku takut...
Johan              : Takut kenapa, Ren?
Rendi               : Takut Dewi ga bisa tidur karena aku.....
Joni                 : Alaah....kirain....
Johan              : Emang dasar jago ngegombal loe...
(Ardi yang sedari tadi hanya memerhatikan tingkah teman-temannya tiba-tiba dikagetkan Joni yang mulai mengganggunya)
Joni                 : Heh, Ardi! Kerjakan nie PRku!
Ardi                  : Tapi.....(belum sempat membantah, Joni langsung mengancam)
Joni                 : Ga usah bantah loe...
(Datang Bu Rina, Guru Antropologi)
Bu Rina           : Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para Siswa      : Waalaikumsalam Wr. Wb.
Bu Rina           : Tolong tugas segera dikumpulkan! Sekarang!
Johan              : Alaaah......Tugas apaan, Bu?
Bu Rina           : Tidak usah pura-pura lupa. Ibu tahu kelakuanmu. Erni, tolong ambil buku-buku tugas teman-temanmu!
Erni                  : Baik, Bu...
(Sebagian anak-anak telah mengumpulkan, kecuali Johan yang tidak mau mengumpulkan)
Erni                  : Johan belum mengumpulkan, Bu..sepertinya belum mengerjakan. (kembali duduk)
Bu Rina           : Johan!! Mana tugasmu? Cepat kumpulkan!
Johan              : Alaaah......buat apa sih? Males, Bu...belum kukerjakan. (Berkata kasar dan langsung melengos ke belakang)
Bu Rina           : Oh....memang keterlaluan kamu. Nilai kamu akan Ibu kosongi.
Johan              : Terserah......ga takut....! (semakin membantah)
Bu Rina           : Johan..!!! (Berteriak pada Johan)
                        Baiklah, jika itu maumu. Ya sudah, anak-anak...kita koreksi sekalian.
Desy                : Bu... Tugas Joni sebenarnya bukan Joni sendiri yang mengerjakan. Tapi Ardi...
Bu Rina           : Apa benar, Ardi?
Ardi                  : (menoleh pada Joni yang memelototi Ardi) Be..be..nar, Bu...(menjawab dengan terbata-bata karena merasa takut)
Bu Rina           : Johan, Joni....! Sini kalian!
(Joni dan Johan pun ke depan)
Bu Rina           : Kelakuan kalian selalu saja seperti ini. Mau jadi apa kalian? Ha? Mau jadi apa?
Joni                 : Jadi apapun itu terserah kami (masih mencoba menantang)
Johan              : Benar... kami bisa jadi apapun yang kami mau. Jadi Ibu ga usah menceramahi kami lagi!
Bu Rina           : Makin berani ya kalian....!
Joni                 : Ya, kami bosan dengan ceramah Ibu! (semakin membantah)
Bu Rina           : Baiklah, terserah kalian! Ibu yakin siswa seperti kalian, tidak akan punya masa depan yang baik. Siswa yang punya masa depan baik hanyalah siswa yang hormat dan patuh pada Guru.
Sedangkan kalian? Lihatlah diri kalian! Berkacalah! Siswa macam apa kalian ini? Kerjanya hanya bermalas-malasan, tidak pErnih patuh pada Guru dan selalu suka membantah. Ingatlah kata-kata Ibu ini. Suatu saat nanti kalian akan tahu sendiri. Masa depan seperti apa yang akan kalian dapatkan.
(Dengan agak marah Bu Rani keluar meninggalkan kelas)
Bu Rina           : Erni, bawakan buku-buku Ibu ke kantor.
Erni                  : Baik, Bu.
(Erni pun mengikuti Bu Rina keluar kelas dengan membawa buku-buku Bu Rina)

ADEGAN III
Di jalanan, Joni dan Johan bertemu seorang pengemis yang berbaju compang-camping. Pengemis itu pun meminta-minta pada mereka. Akan tetapi, mereka bersikap kasar pada pengemis tersebut. Melihat perlakuan mereka, pengemis tersebut berteriak.
Pengemis        : Tolong, Dik...beri Bapak sedekah...bapak belum makan sejak kemarin. (meminta-minta sambil menengadahkan tangan)
Joni                 : (berkata kasar) Ga punya uang, Pak...! Pergi sana!
Johan              : (mengejek dengan melemparkan uang logam Rp 500 ke depan pengemis)
                        Nih...Cuma itu sisa uangku hari ini!
Pengemis        : Hai, anak muda! (mencoba berteriak dengan suara seraknya)
(Joni dan Johan pun menoleh ke arah pengemis dengan agak heran)
Joni                 : Ada apa manggil-manggil kami? Ha?! (Agak kesal)
Pengemis        : (tertawa sinis) hihihi.. Sepertinya kalian berdua bukanlah pelajar yang baik. Saya yakin, pasti kalian selalu bersikap kasar pada orang, dan juga pada guru-guru kalian. Benar-benar Pelajar tak beradab....!
Ingatlah, suatu saat kalian akan mendapat balasan atas sikap kalian ini. Mungkin saja masa depan kalian akan suram seperti saya.
Johan              : Bicara apa kau pengemis tua?
Pengemis        : Kalian tahu? Dulu saya pun sama seperti kalian. Sekolah tak pernah benar dan suka membantah guru, dan lihatlah... Apa yang dikatakan guru saya benar-benar terjadi. Tidak punya masa depan. Hidup di jalanan hanya mengandalkan pemberian orang.
Joni                 : Han..mungkinkan yang dikatakan Bu Rina tadi pagi akan menjadi kenyataan seperti pengemis ini?
Johan              : Mungkin saja, Jon.. Aku takut, Jon..
Joni                 : Aku juga.
Pengemis        : hahaha...cepatlah taubat, anak muda..selagi belum terlambat untuk minta maaf dan berubah menjadi lebih baik.
Johan & Joni   : (menunduk dan meminta maaf dengan nada agak menyesal pada pengemis)
Maafkan kami, Pak. Maafkan atas sikap kami tadi. Terima kasih telah menyadarkan kami. Kami akan mencoba berubah.        
Pengemis        : Baiklah, pergilah sana kalian..Perbaiki diri kalian sebelum terlambat seperti saya.

ADEGAN IV
Di kantor, Joni dan Johan menghadap Bu Rina .
Joni & Johan   : Assalamu’alaikum
Bu Rina           : Waalaikumsalam. Ada apa lagi kalian? Mau membuat ulah lagi? (bertanya dengan nada tinggi)
Joni                 : Bukan, Bu...kami datang untuk meminta maaf.
Johan              : Maafkan atas sikap kami, Bu.. kami telah banyak berbuat  salah pada Ibu, dan juga pada Bapak/Ibu Guru yang lain.
Joni                 : Kami sadar, sikap kami ini akan menjadikan masa depan kami suram seperti yang Ibu katakan. Membantah Bapak dan Ibu Guru, akibatnya seperti halnya dengan durhaka pada orangtua kami. Maafkan kami, Bu.
(Joni dan Johan tertunduk di hadapan Bu Rina. Tak ada kata-kata kasar lagi yang terucap oleh mereka)
Bu Rina           : Syukurlah jika kalian telah sadar. Ibu harap kalian bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Bersikap sopan pada Bapak Ibu Guru. Patuh dan taat pada Bapak Ibu Guru. Kalian adalah anak-anak Ibu. Kemarahan Ibu kemarin, bukanlah karena Ibu benci, tapi karena Ibu sayang pada kalian. Sekarang, masuklah ke kelas. Pelajaran akan segera dimulai.
Joni & Johan   : Baik,...terima kasih, Bu..

Akhirnya, Joni dan Johan tidak pernah lagi berani membantah Bapak Ibu Guru. Mereka selalu berusaha untuk berubah lebih baik. Mengerjakan tugas yang diberikan guru, selalu berkata sopan pada guru. Kejadian bertemu dengan pengemis di jalanan telah mengubah mereka menjadi pelajar yang baik dan beradab.

SELESAI 

Kudus, 6 April 2013  
Faila S.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar