Lakon/Pemain
Bu Rina :
Guru Antropologi
Rendi :
Siswa yang suka merayu
Joni :
Siswa yang suka membantah Guru
Johan :
Siswa yang suka membantah Guru
Ardi :
Siswa yang pendiam, pintar, selalu menjadi bulan-bulanan temannya
Dewi :
Siswi yang sombong, kemayu, dan sangat manja pada Guru
Desy :
Siswi yang selalu jadi pengikut Dewi
Erni :
Siswi yang pandai di kelas dan selalu menurut pada Guru
Orang tua : Pengemis jalanan
Narator
Diceritakan dalam sebuah kisah, tentang beberapa anak SMA yang suka
seenaknya saja ketika di sekolah. Selalu bikin ribut, mengganggu teman, dan
tidak menghormati guru. Namun, suatu ketika mereka berubah karena mendapat
pelajaran berharga dari seseorang.
ADEGAN I
Bel istirahat telah berbunyi. Beberapa siswa keluar kelas. Ada yang
langsung ke warung, ada juga siswa yang bersantai ria di teras sambil menggoda
siswi yang sedang lewat.
Rendi : (duduk
di pojok teras sambil menyanyikan lagu Dewa 19 “Dewi”)
Dewi....Kaulah hidupku, aku cinta padamu sampai
mati. Oh..Dewi...belahlah dadaku, agar
kau tahu agar kau mengerti...Hohooo...
(muncul Dewi dari balik pintu kelas)
Dewi :
(marah-marah pada Rendi) Heh, Kau...! Bisa ga sih diam sehari aja ga
usah nyanyi lagu itu! Berisik tahu!
Rendi :
Eh, Dewi......hehehe...(tersenyum polos) Kenapa sih, Cin....? Suaraku
terlalu merdu, ya? (cengengesan sambil berusaha menggoda Dewi)
Dewi :
Ha? Merdu? Merdu dari Hongkong? (sambil berjalan hendak pergi, tapi
tiba-tiba ditahan oleh Rendi)
Rendi :
Eh...eh...Dewi mau kemana? Kita main tebak-tebakan, yuk?
Dewi :
Apaan? (menjawab dengan nada agak kesal)
Rendi :
Dewi tahu ga kalau rajin itu pangkal apa?
Dewi :
Pangkal pandai donk....
Rendi :
Kalau hemat pangkal apa?
Dewi :
Ya pangkal kaya lah.....
Rendi :
Malas pangkal?
Dewi :
Bodoh......Arrghh...( jengkel)
Rendi :
Trus kalau kamu pangkal apa?
Dewi :
Hah???? Aku? Pangkal apaan?? (agak bingung)
Rendi :
Kamu itu......Pangkalan hatiku.....(sambil mengedipkan mata pada Dewi)
Dewi :
eiuuuh......dasar tukang gombal.....huh..(sambil melenggang pergi
meninggalkan Rendi)
Rendi :
Yaaahhh.....kok malah pergi?
(tiba-tiba muncul Desy sedang
mencari-cari Dewi)
Desy :
Rendi tahu ga Dewi kemana?
Rendi :
Hai, Des....kamu suka main internet ya?
Desy :
Kok tahu?
Rendi :
Karena kamu telah mendownload hatiku....(sambil cengengesan)
Desy :
Co cweet........(sambil tersenyum malu)
Heh!!
(marah tiba-tiba) Kenapa malah jadi ngrayu-ngrayu aku sih? Dewi mana?
Rendi :
Tuh...dia tadi ke sana... (menunjuk ke arah di mana Dewi tadi pergi)
galak
banget sih...
ADEGAN II
(setting berubah menjadi ruang kelas dengan beberapa bangku tempat
siswa belajar)
Lima belas menit berlalu, bel satu kali menandakan jam istirahat
telah berakhir. Sebuah kelas rusuh dengan suara-suara siswa yang masih saja
bersorak karena ulah Rendi yang selalu saja merayu Dewi. Tiba-tiba datang Bu
Rina, guru Antropologi.
Rendi : Oh,
Dewi....pandanganmu bagaikan peluru yang siap menembak hatiku..
Dewi :
ihh...gombal..
Desy : hacie...cie..cie...ihiirr....
Dewi :
Desy.....diam kamu..!
Desy :
Oke..Oke..
Joni : Ayo,
Ren...lanjut....
Rendi : Ga
ah....aku takut...
Johan : Takut
kenapa, Ren?
Rendi : Takut
Dewi ga bisa tidur karena aku.....
Joni :
Alaah....kirain....
Johan : Emang dasar
jago ngegombal loe...
(Ardi yang sedari tadi hanya memerhatikan tingkah teman-temannya
tiba-tiba dikagetkan Joni yang mulai mengganggunya)
Joni : Heh,
Ardi! Kerjakan nie PRku!
Ardi :
Tapi.....(belum sempat membantah, Joni langsung mengancam)
Joni : Ga usah
bantah loe...
(Datang Bu Rina, Guru Antropologi)
Bu Rina :
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Para Siswa :
Waalaikumsalam Wr. Wb.
Bu Rina : Tolong
tugas segera dikumpulkan! Sekarang!
Johan :
Alaaah......Tugas apaan, Bu?
Bu Rina :
Tidak usah pura-pura lupa. Ibu tahu kelakuanmu. Erni, tolong ambil buku-buku
tugas teman-temanmu!
Erni : Baik,
Bu...
(Sebagian anak-anak telah mengumpulkan, kecuali Johan yang tidak
mau mengumpulkan)
Erni :
Johan belum mengumpulkan, Bu..sepertinya belum mengerjakan. (kembali duduk)
Bu Rina : Johan!!
Mana tugasmu? Cepat kumpulkan!
Johan :
Alaaah......buat apa sih? Males, Bu...belum kukerjakan. (Berkata kasar dan
langsung melengos ke belakang)
Bu Rina :
Oh....memang keterlaluan kamu. Nilai kamu akan Ibu kosongi.
Johan : Terserah......ga
takut....! (semakin membantah)
Bu Rina : Johan..!!!
(Berteriak pada Johan)
Baiklah,
jika itu maumu. Ya sudah, anak-anak...kita koreksi sekalian.
Desy :
Bu... Tugas Joni sebenarnya bukan Joni sendiri yang mengerjakan. Tapi Ardi...
Bu Rina : Apa benar,
Ardi?
Ardi :
(menoleh pada Joni yang memelototi Ardi) Be..be..nar, Bu...(menjawab
dengan terbata-bata karena merasa takut)
Bu Rina : Johan,
Joni....! Sini kalian!
(Joni dan Johan pun ke depan)
Bu Rina :
Kelakuan kalian selalu saja seperti ini. Mau jadi apa kalian? Ha? Mau jadi apa?
Joni :
Jadi apapun itu terserah kami (masih mencoba menantang)
Johan :
Benar... kami bisa jadi apapun yang kami mau. Jadi Ibu ga usah menceramahi kami
lagi!
Bu Rina :
Makin berani ya kalian....!
Joni :
Ya, kami bosan dengan ceramah Ibu! (semakin membantah)
Bu Rina :
Baiklah, terserah kalian! Ibu yakin siswa seperti kalian, tidak akan punya masa
depan yang baik. Siswa yang punya masa depan baik hanyalah siswa yang hormat
dan patuh pada Guru.
Sedangkan kalian? Lihatlah diri kalian!
Berkacalah! Siswa macam apa kalian ini? Kerjanya hanya bermalas-malasan, tidak
pErnih patuh pada Guru dan selalu suka membantah. Ingatlah kata-kata Ibu ini.
Suatu saat nanti kalian akan tahu sendiri. Masa depan seperti apa yang akan
kalian dapatkan.
(Dengan agak marah Bu Rani keluar meninggalkan kelas)
Bu Rina : Erni,
bawakan buku-buku Ibu ke kantor.
Erni : Baik,
Bu.
(Erni pun mengikuti Bu Rina keluar kelas dengan membawa buku-buku
Bu Rina)
ADEGAN III
Di jalanan, Joni dan Johan bertemu seorang pengemis yang berbaju
compang-camping. Pengemis itu pun meminta-minta pada mereka. Akan tetapi,
mereka bersikap kasar pada pengemis tersebut. Melihat perlakuan mereka,
pengemis tersebut berteriak.
Pengemis :
Tolong, Dik...beri Bapak sedekah...bapak belum makan sejak kemarin. (meminta-minta
sambil menengadahkan tangan)
Joni :
(berkata kasar) Ga punya uang, Pak...! Pergi sana!
Johan :
(mengejek dengan melemparkan uang logam Rp 500 ke depan pengemis)
Nih...Cuma
itu sisa uangku hari ini!
Pengemis :
Hai, anak muda! (mencoba berteriak dengan suara seraknya)
(Joni dan Johan pun menoleh ke arah
pengemis dengan agak heran)
Joni :
Ada apa manggil-manggil kami? Ha?! (Agak kesal)
Pengemis :
(tertawa sinis) hihihi.. Sepertinya kalian berdua bukanlah pelajar yang
baik. Saya yakin, pasti kalian selalu bersikap kasar pada orang, dan juga pada
guru-guru kalian. Benar-benar Pelajar tak beradab....!
Ingatlah, suatu saat kalian akan mendapat
balasan atas sikap kalian ini. Mungkin saja masa depan kalian akan suram
seperti saya.
Johan : Bicara
apa kau pengemis tua?
Pengemis :
Kalian tahu? Dulu saya pun sama seperti kalian. Sekolah tak pernah benar dan
suka membantah guru, dan lihatlah... Apa yang dikatakan guru saya benar-benar
terjadi. Tidak punya masa depan. Hidup di jalanan hanya mengandalkan pemberian
orang.
Joni :
Han..mungkinkan yang dikatakan Bu Rina tadi pagi akan menjadi kenyataan seperti
pengemis ini?
Johan :
Mungkin saja, Jon.. Aku takut, Jon..
Joni :
Aku juga.
Pengemis :
hahaha...cepatlah taubat, anak muda..selagi belum terlambat untuk minta maaf
dan berubah menjadi lebih baik.
Johan & Joni : (menunduk dan meminta maaf dengan nada agak menyesal pada
pengemis)
Maafkan kami, Pak. Maafkan atas sikap kami
tadi. Terima kasih telah menyadarkan kami. Kami akan mencoba berubah.
Pengemis :
Baiklah, pergilah sana kalian..Perbaiki diri kalian sebelum terlambat seperti
saya.
ADEGAN IV
Di kantor, Joni dan Johan menghadap Bu Rina .
Joni & Johan :
Assalamu’alaikum
Bu Rina :
Waalaikumsalam. Ada apa lagi kalian? Mau membuat ulah lagi? (bertanya dengan
nada tinggi)
Joni :
Bukan, Bu...kami datang untuk meminta maaf.
Johan :
Maafkan atas sikap kami, Bu.. kami telah banyak berbuat salah pada Ibu, dan juga pada Bapak/Ibu Guru
yang lain.
Joni :
Kami sadar, sikap kami ini akan menjadikan masa depan kami suram seperti yang
Ibu katakan. Membantah Bapak dan Ibu Guru, akibatnya seperti halnya dengan
durhaka pada orangtua kami. Maafkan kami, Bu.
(Joni dan Johan tertunduk di hadapan Bu Rina. Tak ada kata-kata
kasar lagi yang terucap oleh mereka)
Bu Rina :
Syukurlah jika kalian telah sadar. Ibu harap kalian bisa berubah menjadi lebih
baik lagi. Bersikap sopan pada Bapak Ibu Guru. Patuh dan taat pada Bapak Ibu
Guru. Kalian adalah anak-anak Ibu. Kemarahan Ibu kemarin, bukanlah karena Ibu
benci, tapi karena Ibu sayang pada kalian. Sekarang, masuklah ke kelas.
Pelajaran akan segera dimulai.
Joni & Johan :
Baik,...terima kasih, Bu..
Akhirnya, Joni dan Johan tidak pernah lagi berani membantah Bapak
Ibu Guru. Mereka selalu berusaha untuk berubah lebih baik. Mengerjakan tugas
yang diberikan guru, selalu berkata sopan pada guru. Kejadian bertemu dengan
pengemis di jalanan telah mengubah mereka menjadi pelajar yang baik dan
beradab.
SELESAI
Kudus, 6 April 2013
Faila S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar